cbox terima kasih untuk tidak menjadi silent reader
wrote
history
wrote my story
|
komentar dong
|
Henny Rachmawati
Twitter: @HennyRach
|
MY FRIENDS and OTHER BLOG MyOLDblog KoyorBlog Alannusa-MyMonki Opojal.com Alam Budaya Sherina Munaf arsitektur indis Web semarang-nederlandsche Komunitas Historia Link Link Link Link Link Link Link Link Link Link Link Link Link Link Link Link Link Link Link Link Link |
|||||||
Rabu, 26 Desember 2012 @ 01.42
Mas Aboekassan Atmodirono
Hello dear... Kecintaan saya pada hal-hal vintage ternyata membawa saya menjadi mahasiswa sejarah (yang berproses untuk segera menjadi sarjana). Saya menyukai cerita orang-orang tua, cerita-cerita lama, cerita tentang kota, meskipun hanya "KONON" atau "KEMUNGKINAN" seperti yang sering Pak Jongkie Tio bilang. Postingan kali ini saya mau berbagi hal tentang Atmodirono yang pernah ditulis Amen Budiman dan dipublikasikan oleh Suara Merdeka tanggal 8 Oktober 1976. Mengingat fakta namanya dijadikan jalan di Semarang dan minimnya tulisan mengenai beliau yang dipublikasikan di media internet, sehingga saya tergerak untuk mempostnya di sini. Semoga postingan ini bermanfaat ya. Tidak jauh dari prapatan Bangkong,ada sebuah jalan menuju ke arah selatan, namanya jln. Atmodirono. Nama jalan itu adalah nama jalan kuno, artinya lahir dan berasal dari masa tempo doeloe, yang sering juga disebut jaman normal itu. Jadi tidak ubahnya dengan nama-nama jalan Pindrikan, Kapuran, Karang Doro, Kebon Cino adlibitam, yang semuanya juga berasal dari jaman normal. Namun selagi nama-nama jalan yang baru saja disebut itu dibelakang hari ternyata telah pada dirubah, nama jalan Atmodirono masih saja tidak diapa-apakan. Masih saja tetap bernama jalan Atmodirono. Dan hingga sekarangpun, kabarnya juga tidak orang berani mengusik-usiknya. Well, siapakah sebenarnya Atmodirono itu, hingga namanya sampai diabadikan sebagai nama jalan di kota Semarang? Apa sebenarnya sumbangan, yang telah diberikannya hingga orang berkenan untuk menghormatinya, dari masa tempoe doeloe hingga masa tempo sekarang? Atmodirono atau nama lengkapnya Mas Aboekasan Atmodirono, sebenarnya bukanlah anak Semarang. Ia dilahirkan di Wonosobo pada tanggal 18 Maret 1860, anak lelaki dari Atmodirono, yang pada masanya menjadi jaksa kepala di Purworejo, karesidenan Kedu. Masa kecilnya dilewatinya dengan memasuki sekolas ELS alias Europeesche Lagere School. Sesuai dengan namanya, sekolah itu sebenarnya hanya diperuntukkan bagi anak-anak orang Eropa saja. Namun, karena Mas Aboekassan anak seorang jaksa kepala pada akhirnya ia bisa juga diterima di sekolah itu. Setelah tamat, mas Aboekassan kemudian meneruskan pelajarannya ke Betawi, memasuki Koningin Wilhelminaschool, yang pada waktu itu merupakan sebuah sekolah yang jempolan benar. Setelah mengakhiri pelajarannya, pada tahun 1878, ia dibenum menjadi opseter kelas tiga pada Dinas Pengairan dan Pekerjaan Umum Negeri. Pada masa itu jabatan bukan main aduhainya. Dengan pengangkatannya itu, dia merupakan orang Jawa yang pertama yang telah dipersamakan dengan orang-orang Eropah, baik mengenai jabatannya maupun mengenai soal gajinya. Dan perlu sekali dicatat pada waktu itu ia masih berumur 18 tahun, jadi masih benar-benar merupakan seorang teenager, kata orang zaman sekarang atau masih sedang mekar-mekarnya sebagai seorang jejaka. Walaupun demikian, ia sama sekali tidak suka ubyang-ubyung kesana kemari tanpa guna, apalagi untuk memamerkan dan menonjol-nonjolkan jabatannya. Dengan jabatannnya yang tinggi itu, pada waktu itu Mas Aboekassan yang masih jejaka muda itu justru sangat tekun dalam menunaikan tugas-tugasnnya, hingga dalam waktu yang tidak begitu lama, ia berhasil naik pangkat dibenum menjadi opseter kelas satu, dan ditempatkan berbagai daerah, dari Pejarakan, Pasuruan, Purworejo, Kebumen, Karanganyar, Banjarnegara hingga akhirnya ke Semarang. Sekalipun pekerjaan-pekerjaannya bertumpuk-tumpuk, Mas Aboekasan gemar sekali menambah pengetahuannya. Ia menaruh banyak minat pada bahasa Inggris, Perancis dan Jerman dan dengan jalan belajar sendiri ia tidak hanya dapat membaca dan menulis dalam ketiga bahasa itu saja, tetapi pada akhirnya juga mahir sekali bercakap-cakap dalam ketiga bahasa tersebut. Pada tahun 1898, ia menempuh ujian untuk menjadi arsitek pengairan di Semarang dan setelah lulus, ia kemudian dibenum menjadi arsitek pada Dinas Pengairan dan Pekerjaan Umum Negeri. Sebagai sorang arsitek, para atasannya ternyata sangat menghargai benar karya-karyanya, hingga pada tahun 1912, ia telah berhasil dianugerahi bintang kehormatan "de Orde van Oranye Nassau", dan penyematan bintang jasa itu dilakukan dalam suatu upacara yang sangat meriah, dengan dihadiri oleh banyak sekali insinyur dan para opseter dari daerah-daerah sekitar Semarang.
Di samping sibuk mengenalkan tuganya, Mas Aboekassan Atmodirono ternyata masih sempat juga meluangkan waktunya dengan terjun dalam dunia organisasi. Pada tahun 1911 ia mendirikan Mangoen Hardjo, sebuah organisasi khusus untuk para ambtenaar peribumi yang pada tahun 1921 telah berhasil memiliki 2000 orang anggota dan 24 buah cabang di seluruh Jawa dan Madura.
Di samping itu ia juga memegang peranan penting dalam proses lainnya Sedyo Moejo sebuah organisasi khusus untuk para bupati di mana 40 dari 70 orang bupati di pulau Jawa pada waktu itu telah tercatat menjadi anggotanya.
Kecuali pernah aktif dalam kedua organisasi tersebut di atas masing-masing sebagai ketua dan sekretaris, Mas Aboekassan Atmodirono juga pernah menjabat sebagai Boedi Oetomo bahkanperkomisaris pengurus pusat, pernah pula diangkat untuk menduduki jabatn sebagai ketuanya.
Dalam bidang pendidikan dan pengajaran ia juga telah aktip dengan mendirikan sebuah sekolah teknik di Semarang.
Dengan sekolah itu ia bermaksud memberikan pada anak-anak muda pribumi yang mempunyai cukup bakat dalam pendidikan teknik dan ilmu pengetahuan yang lain, yang masih ada hubungannya dengan masalah teknik itu. Pendidikan itu diberikan pada waktu malam, lima hari dalam seminggu. Setelah mengikuti pelajaran selama empat tahun. Para murid sekolah itu, setelah menempuh ujian bias ditempatkan sebagai opseter rendahan, baik pada dinas-dinas pengairan, pada pekerjaan-pekerjaan umum setempat maupun pada perusahaan-perusahaan partikelir.
Pada tahun 1921, de Technische Avondschool te Semarang itu, mempunyai tiga orang insinyur sebagai guru bagi murid-muridnya, yang seluruhnya berjumlah 70 orang di samping seorang arsitek empat orang opseter, seorang guru dengan hoofdacte dan seorang calon notaris.
Mas Aboekasan Atmodirono memang terkenal sebagai seorang pejabat yang tidak suka diam.
Ketika pada tahun 1906 pemerintah Hindia Belanda memutuskan mendirikan kotapraja Semarang, Mas Aboekasan Atmodirono juga ditunjuk menjadi anggota dari “gemeenteraad van Semarang” atau “dewan koapraja Semarang”.
Sebagai anggota dari dewan kotapraja Semarang ia sangat tekenal sebagai seorang anggota yang tidak suka “jual jamu” atau “tribune reclame” kata orang-orang Belanda pada masa tempo doeloe. Di muka umum ia sedikit bicara, tetapi dalam komisi teknik dari dewan kotanya Semarang, di mana ia sebagai anggotanya, ia telah mencurahkan banyak sekali tenaga dan pikirannya.
Karena kesungguhan kerjanya itulah ketika pada tahun 1918, pemerintah Hinia Belanda memutuskan untuk mendirikan Volksraad, atau Dewan Perwakilan Rakyat Hindia Belanda, tanpa menonjolkan diri dan tanpa pula mengadakan kasak-kusuk, Mas Aboekassan Atmodirono telah dipanggil untuk menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Hindia Belanda itu.
Dalam pidato pertamanya di depan majelis tinggi itu, Mas Aboekasan Atmodirono diantaranya menyatakan, bahwa pendirian Dewan Perwakilan Rakyat tersebut merupakan sebuah kejadian penting di Hindia Belanda dan seiring dengan pendapatnya itu ia tidak menggunakan jabatannya hanya untuk ongkang-ongkang atau debat kusirm melulu., tetapi justru dengan kesungguhan hati untuk memajukan nasib wong cilik di Pulau Jawa. Kecuali sebagai seorang arsitek pengairan, sebagai seorang organisator dan sebagai seorang politikus, Mas Aboekasan Atmodirono juga masih terkenal sebagai seorang columnist, yang telah menulis banyak sekali artikel dalam berbagai media, dan kesemuanya itu dengan satu tujuan, untuk memajukan kepentingan tanah Jawa dan nasib rakyat pribumi di Pulau Jawa. Lain daripada itu Mas Aboekasan juga masih terkenal sebagai seorang arsitek bangunan, jadi tidak hanya sebagai seorang arsitek pengairan saja. Gedung Sositeit Mangkunegaran di Sala misalnya merupakan sebuah hasil karyanya yang sungguh-sungguh genial. Semasa hidupnya Mas Aboekasan Atmdirono dengan tidak syak lagi, sudah menjadi seorang besar di kalangan bangsanya. Walaupun demikian dengan segala kebesarannya itu, dengan keahliannya yang benar-benar ahli dan dengan jabatannya yang amat tinggi itu, ia sama sekali tidak merasa angkuh dan tinggi hati. Ir. AM Valkenburg, yang pernah menjabat sebagai insinyur kepala pada Dinas Pengairan dan Pekerjaan Umum Negeri dan pernah pula menjadi kepala urusan pelabuhan di Hindia Belanda, dalam sebuah suratnya pada R.A. van Sandicg, yang pernah menulis sketsa kehidupan dari Mas Aboekassan Atmodirono mengatakan bahwa rumah Mas Aboekassan kadang lebih nampak sebagai sebuah indekosan daripada sebuah rumah partikelir. Di samping itu, Ir. AM Valkenburg juga mengatakan bahwa Mas Aboekassan hidup untuk siapapun juga, karena kadang-kadang murid-muridnya tidak mampu mengongkosi kehidupannya dengan akibat bahwa Mas Aboekassanlah pada akhirnya yang menanggungnya. Banyak sekali orang-orang Belanda yang merasa sangat tertarik pada Mas Aboekassantidak hanya karena kepandaiannya dan kepribadiannya yang luhur saja namun juga karena kebiasaannya, tidak pernah nampak memakai pakaian Eropa kemanapun ia pergi. Ia selalu memakai pakaian Jawa dengan memakai ikat kepala, kain batik dan jas stelan Jawa yang terkenal itu. Mas Aboekassan Atmodirono memang sadar akan kejawaannya dan ia tidak merasa malu dengan kejawaannya itu "Hij was en bleef Javaan" demikian yang pernah dikatakan oleh Ir AM Valkenburg. "Ia adalah orang Jawa dan tetap seorang Jawa" to be continue.... |
|||||||
Senin, 17 Desember 2012 @ 19.12
Keponakan Baru
O iya lupa mau pamer ponakan baru. Bulan September lalu saya dapet keponakan baru, anak dari abang "hamster". Setelah proses pencarian nama yang cukup lama, akhirnya dikasih nama Muhammad Agha Ahepriya Besari. Lahir tanggal berapa ya ... lupa hahaa. Tapi seingetku jumat kliwon, thats why agha punya nick kliwon wkkk.
Agha sekarang udah pinter pegang dot sendiri, seneng gerak-gerakin kaki kaya orang naek sepeda, suka joget kalo diputerin lagu anak-anak, udah gitu ngga gembeng dan rewel.. Pokoknya yang penting selama ada susu, situasi aman terkendali wkkkk. Yangti-Yangkungnya aje sampe addict ama ni bocah. Muhammad, ngambil dari nama Rasulullah Agha, artinya pemimpian atau ketua Ahepriya, singkatan dari Anak + HE (nama depan abang) + PRIYA (nama belakang istri abang)
Ini penampakannya yang unyu-unyu.....
back to top? |
|||||||
Sabtu, 08 Desember 2012 @ 08.44
Fuji X100 Kamera Impian
Sebenernya saya bukan tipe orang yang suka foto2, foto diri sendiri. Dan bukan tipikal yang tertarik atau berharap terjun dunia fotografi, jelas sekali ketika musim dan booming SLR dan DSLR sama sekali ngga ada minat atau ketertarikan untuk itu. Mungkin juga karena bentuk kameranya gede, bongsor-bongsor dan berat yangg bikin kaga nafsu wkkk.. Biasanya pengambilan foto saya lakukan dengan smartphone dan handphone samsung dengan beberapa aplikasi android yang menurut saya yah cukup okelah untuk mengambil gambar. Tapi untuk kebutuhan-kebutuhan lain yang mungkin membutuhkan dimensi foto yang lebih bagusdan tajam biasanya lari minjem punya abang atau temen. Hal ini bukan berarti saya tidak suka melihat foto atau mengambil foto.Menurut saya foto memiliki kemampuan untuk menunjukan emosi, gairah, narasi, gagasan serta pesan dan semua itu adalah elemen-elemen penting dari aktifitas "bercerita" ( mengingat fakta orang sejarah). Keinginan memiliki kamera itu sama sekali ngga ada karena ngga minat dan ngga butuh-butuh amat hingga suatu ketika saya disuruh abang untuk cari ebook foto makro, di internet baca-baca eh liat kamera fuji X100. Gilee bentuknya mirip leica sampe ngeces liat fuji X100.. Kamera ini sederhana, praktis dan enteng-enteng dibawa kemana-kemana (katenye nyang jualan). Udah gitu bentuknya agak klasik-klasik gitu (ya saya memang orang jadul dan dibesarkan oleh masa lalu) pas deh di hati.
Karena ngebet beli mulailah saya cari tahu harga kamera ini, setelah tanya ke mbah google saya mendapatkan jawaban yang naudzubilah.... Jadi harga kamera ini 9.900.000, oke sekali lagi mungkin ada yang ngga bisa baca angka arab, harganya sembilan juta menjelang 10 juta. Dalam hati saya pun hanya mampu membatin kampretos nomos. Gile tuh si Fuji jualan pocket cam kaya jualan camera SLR/DSLR. Kalau toh saya beli dan ketahuan bapak bisa saja anda menemukan saya bobok2 di bawah jembatan (diusir dari rumah) wkkkk. Penasaran perwujudan kameranya kayak apa, berikut sedikit reviewnya.
Fitur unggulan: - 12 megapixel menggunakan CMOS sensor APS-C - Lensa Fixed 23mm F2 (setara dengan lensa 35mm di full frame) - Layar LCD 2,8″ – Optik Hybrid (jendela bidik elektronik) - Kontrol pengaturan kecepatan, aperture dan kompensasi exsposur dengan gaya tradisional - ISO 100 (L), 200-6400, 12800 (H) - Flash internal - Rekam film 1280×720 HD dengan suara stereo Spesifikasi:
Mantap bukan spesifikasinya. Dari depan keliatan klasik tradisional tapi kalo dari belakang keliatan pake LCD yang merupakan teknologi kamera jaman sekarang. Dan yang paling penting buat saya kamera ini adalah pocket camera, bisa dikantongin, hasil gambar oke, enteng, lensa bagus dengan nilai tambahan bentuk klasik. Semakin saya cari review kamera ini semakin sakit hati ini. Mungkin nanti jika hargamu sudah turun 50% akan kubeli dikau nak..
back to top? |